Minggu, 17 April 2016

:: Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan :: Cerita legenda tentang si primitif dan alien cantik



My first article...

Untuk teman2 yang belum tahu, saya ini orang jawa asli, yang kemudian migrasi ke Kalimantan, jadi dongeng atau legenda seperti Jaka Tarub, walaupun tidak pernah di ceritakan oleh orang tua saya, tapi saya tahu. Wong sedari kecil saya seneng banget baca buku, buku legenda, misteri/horor, majalah, koran semua saya baca.

Sebagai permulaan, legenda atau dongeng Jaka Tarub ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang bernama Jaka Tarub yang ‘mungkin’ saat itu tinggal di sebuah pedesaan. Menurut saya, dia seorang pemuda desa biasa cenderung bloon, belum mempunyai pekerjaan tetap dan gemar luntang lantung kesana kemari tiap hari. 

Suatu hari, saat hari terik panas, dia sedang berjalan-jalan dan mendengar ada suara senda gurau canda tawa beberapa perempuan yang sangat ramai, arahnya dari sebuah telaga yang memang selalu penuh airnya walaupun di musim kemarau. Airnya jernih, tersembunyi di belakang rimbun nya pepohonan.




gambar di ambil dari internet

Dengan mengendap-endap, Jaka Tarub kemudian mendekati arah suara senda gurau itu sambil bersembunyi di sebuah batu besar. Apa yang di lihatnya kemudian membuatnya takjub, matanya melotot, jantung nya berdegup kencang dan nafasnya ngos-ngos an. Apa sih yang sedang di lihat nya ??

Ternyata di depan mata Jaka Tarub, ada  7 perempuan cantik seksi bahenol sedang bermain air sambil bersenda gurau, tanpa bikini pula. Bermuka oval, mata jeli besih,kulit kuning langsat dan bersih mulus, paras cantik dengan hidung kecil mancung dan bibir jelita, rambut mereka hitam mengurai bergelombang panjang dan menebar bau harum kahyangan.

Mungkin saat itu Jaka Tarub berpikir, tidak mungkin mereka ini perempuan dari desa sebelah, atau mereka para bidadari yang sedang mengungsi mandi karena air di kahyangan sedang kekeringan akibat musim kemarau ?? Atau mereka ini dedemit atau jin yang sedang berubah rupa ?? mungkin beribu satu pertanyaan yang bergelayut di benak Jaka Tarub saat itu.

Dan ternyata, semua baju dan pakaian para wanita itu teronggok begitu saja di tepian danau. Beraneka warna bajunya, ada yang merah, hijau , kuning, kelabu dan biru.. bukan balonku ada 5  tapi yang paling berbeda dari perempuan biasa adalah, mereka memakai selendang yang sangat panjang, mirip seperti kepak malaikat surga.

Iseng, si Jaka Tarub mengendap-endap mencuri 1 set pakaian wanita itu, entah milik yang mana dia juga tidak tahu. Begitu acara mandi sudah selesai, para bidadari ini [ kita sebut saja demikian] kemudian berganti baju di tepi danau. Jaka Tarub menutup muka tapi mengintip dikit lewat celah jarinya, amboiiii cantik nian nan bahenol para bidadari2 ini.
Setelah semuanya berpakaian dan memakai selendang, salah satu berkata “ mari adik-adikku, kita pulang sekarang” sambil mengepakkan selendangnya. Mereka semua bersiap untuk terbang kecuali 1 bidadari yang belum menemukan bajunya [kurang ajar si jaka tarub], dia kemudian menangis meminta kakak-kakak nya tinggal sebentar untuk menemani dia mencari baju nya. Tapi kakak tertua nya berkata “ Nawang Wulan, kita tidak bisa tinggal lebih lama adikku, time’s up, nanti papi kita tahu kalau kita melincur dan nanti beliau murka” demikian katanya.

Dengan sedih, kakak-kakak Nawang Wulan meninggalkan adiknya yang telanjang dan kebingungan mencari pakaian nya. Terciptalah pelangi sebagai titian mereka pulang saat mereka mengepakkan selendang berwarna-warni tersebut. Sungguh indah tak terbayangkan.

Sementara Nawang Wulan si adik bungsu  tak henti-henti nya menangis menyesali apa yang terjadi dengan dirinya yang tidak bisa kembali pulang bersama kakak-kakaknya.
Setelah semua kakak Nawang Wulan terbang ke angkasa dan Nawang Wulan tinggal seorang diri, maka dari balik batu Jaka Tarub menyapa, “ Wahai adinda yang cantik jelita, ada apakah gerangan adinda menangis tiada tara ? demikian tanya nya.
Dengan wajah kaget dan tangan menutupi tubuhnya, Nawang Wulan menjawab, “ Wahai yang di sana, apakah kau bisa membantuku dengan memberiku selembar kain, karena aku tidak berpakaian” jawab Nawang Wulan sambil tersipu merah padam wajahnya.
Tidak menjawab, Jaka Tarub melemparkan sarung nya yang bau apek ke arah Nawang Wulan sambil berkata “pakaialah wahai adinda, walau apek tapi bisa menutupi ketelan jangan mu untuk sementara waktu”

Tanpa pikir panjang kemudian Nawang Wulan menyelimuti tubuhnya dengan kain itu dan berterima kasih kepada Jaka Tarub. Sebagai ucapan terima kasih, Nawang Wulan bersedia menjadi istri Jaka Tarub, toh dia juga di tinggal sendirian oleh kakak-kaka nya. Daripada nyasar dan jadi korban human trafficking? Mungkin demikian pikir Nawang Wulan.
Tentu saja, si Jaka Tarub yang bujang lapuk itu menerima dengan senang hati, pengabdian Nawang Wulan untuk menjadi istrinya.
Namun demikian, ada 1 syarat dari Nawang Wulan kepada Jaka Tarub, demikian katanya “ Mas Jaka, apapun yang terjadi, saat saya memasak nasi di dapur, jangan sekalipun sampeyan ikut nimbrung di dapur apalagi sampai mengintip dan membuka magic jar saat saya sedang memasak nasi” demikian syarat dan ketentuan dari Nawang Wulan.
“Tentu saja” jawab Jaka Tarub senang, syarat macam apa ini pikirnya, sangat mudah dan gampang sekali.

Singkat cerita, Jaka Tarub dan Nawang Wulan pun berumah tangga. Setelah beberapa lama kemudian mereka di karuniai seorang putri yang cantik dan lucu seperti mamanya.
Pada hari itu, saya ulangi lagi, pada hari itu, saya juga tidak tahu hari senin atau sabtu, Nawang Wulan seperti biasa sedang melaksanakan kewajiban nya di dapur, menanak nasi. Karena kebelet pipis, dia tinggal sebentar untuk ke kamar mandi. Jaka Tarub yang sedang gak ada kerjaan, tiba-tiba teringat janji suci mereka saat akan menikah, yaitu jangan sampai dia ke dapur saat Nawang Wulan memasak nasi apalagi mengintip magic jar nya saat sedang proses masak.

gambar di ambil dari internet

Karena dia tidak melihat Nawang Wulan, terlintas lah pikiran iseng dan jahil nya seperti dulu saat dia menyembunyikan pakaian Nawang Wulan. Sambil celingak celingkuk, dia mengendap-endap menuju ke dapur dan bersiap membuka tutup magic jar. Alangkah terkejutnya Jaka Tarub karena dia hanya melihat sebutir beras di dalam magic jar tersebut. Dia sampai terduduk tidak percaya dengan apa yang di lihat nya. Kemudian semua ingatan dan pertanyaan nya sebelum ini terjawab lah sudah. Mengapa lumbung berasnya seperti tidak pernah berkurang, berapapun banyak dia memberikan beras-beras itu kepada fakir miskin. Itulah mengapa juga, mereka jadi keluarga terkaya di desa karena berapapun banyak dia menjual beras nya, beras-beras itu sepertinya tidak pernah berkurang.
Dengan tubuh lunglai Jaka Tarub keluar dari dapur dan duduk merenung sambil merokok di teras depan. 1 jam sudah dia menunggu panggilan untuk sarapan dari Nawang Wulan tapi Nawang Wulan belum juga memanggil nya untuk makan.
Demikian pun Nawang Wulan, biasanya 2 menit nasi sudah siap, hari ini ada sesuatu yang aneh, sudah 1 jam memasak nasi tapi nasi nya sama sekali belum matang. Berulang kali dia membuka tutup magic jar untuk memastikan nasi nya sudah matang.

Akhirnya kesabaran nya pun habis sudah. Dengan suara bergetar menahan tangis, sambil terbata-bata dia bertanya kepada suaminya “ mas Jaka, apa sampeyan tadi ke dapur ? apakah sampeyan tadi membuka magic jar saat aku sedang memasak nasi ? “ tanya nya dengan hati yang pedih karena tahu, suami nya sudah melanggar janji suci pernikahan mereka.

Dengan suara parau dan tatapan mata nanar, Jaka Tarub menganggukan kepalanya dan berkata “iya, maafkan aku istriku”
Tanpa menjawab, Nawang Wulan berjalan gontai kembali lagi ke dapur. Sambil berurai air mata, dia kemudian mengambil beberapa takar beras dari lumbung, mencuci beras terebut dan kemudian menanak beras tersebut. 1 jam kemudian, nasi pun matang dan keluarga Jaka Tarub kemudian makan dalam diam, dalam penyesalan dan dengan menahan sedih dan sesak pengkhianatan.

Demikianlah, setiap hari setelah hari itu, Nawang Wulan membuat dan menanak nasi seperti orang-orang pada umumnya dan hal itu pun membuat lumbung beras Jaka Tarub sedikit demi sedikit semakin berkurang dan semakin berkurang.
Hari berganti hari dan Jaka Tarub pun baru menyadari kesalahan nya setelah melihat lumbung padinya yang hanya tinggal separuh padahal masa panen masih beberapa bulan lagi. Dengan menghembuskan napas berat, dia memandang lagi lumbung padinya dan kemudian memangdang ke langit. Langit yang hitam cantik di hiasi beberapa bintang yang berkelip.

Satu pagi, Nawang Wulan pergi ke lumbung padi nya untuk mengambil beras yang harus di masak hari ini. Tak sengaja, matanya yang sekarang kuyu dan tubuhnya yang melemah karena beratnya pekerjaan, menangkap sesuatu yang seolah melambai-lambai kepadanya.....ya....itu adalah baju dan selendang nya yang hilang.
Nawang Wulan kemudian menarik perlahan selendang nya dan tergugu menangis dengan sedih. Dia tidak mengira, suaminya lah yang sudah menyembunyikan pakaian nya saat itu. Padahal saat itu dia benar-benar membutuhkan pakaian nya untuk pulang ke kahyangan.
Sambil menangis dan memeluk pakaian dan selendang nya, semua rentetan kejadian sebelum nya hadir dengan jelas di pelupuk matanya....dia semakin terguguk menangis mengingat papi nya, saudari-saudarinya yang sudah sekian lama tidak bertemu dan tentu saja dia mengingat anak perempuan semata wayang nya yang semakin bertumbuh cantik setiap hari.

Setelah menghapus air mata, Nawang Wulan menegakkan kepala dan memakai pakaian dan selendang nya. Dia sudah bersiap kembali ke tempat nya berasal. Dia kemudian mencoba untuk mengepakkan selendang nya dan dia kemudian tidak lagi menjejak tanah. Tubuhnya semakin tinggi dari tanah dan semakin tinggi sampai setinggi rumah mereka.
Saat itulah suaminya si Jaka Tarub melihat nya melayang di udara, demikian juga anak perempuan nya. Dengan suara serak dan mata basah, Jaka Tarub berkata membujuk istrinya, “istriku, maafkan aku, maafkan aku, tolong jangan pergi tinggalkan kami. Bagaimana nanti kehidupan kami tanpamu ya istriku. Pikirkanlah anak kita. Aku mohon, jangan lah pergi. Aku akan menebus kesalahan dan dosaku padamu, tapi tolong, jangan pergi....jangan pergiiii.....” suara serak Jaka Tarub melolong bak serigala terluka, sedih dan tidak tahu harus bagaimana.
Anak perempuan mereka juga mengangis dengan keras memanggil-manggil nama ibunya, memohon ibunya untuk tinggal.

Dengan lembut Nawang Wulan berkata kepada anak perempuannya, “anakku sayang, ibu tidak akan pernah meninggalkanmu, lihatlah, tunjuknya ke langit, apabila engkau merindukan ibu, lihatlah ke langit dan lihat ke bulan itu, ibu ada di sana dan selalu melihatmu dan tidak akan pernah melupakanmu,” katanya lembut walaupun sudut matanya yang indah meneteskan air mata yang secantik dan sebening kristal.
Kepada suaminya, Nawang Wulan berkata pula.” Maaf suamiku, aku tidak bisa tinggal setelah menemukan kembali pakaian dan selendangku. Seandainya engkau menjaga janji suci pernikahan kita, tentu saja aku tidak akan pernah meninggalkan engkau seperti ini.” Suaranya tidak lagi lemah tapi sudah kembali kuat dan berwibawa. Sepertinya, apapun yang di pinta dan di mohon oleh suami dan anak nya, dia tidak akan terpengaruh.
Tanpa menunggu jawaban Jaka Tarub, sekejap kemudian Nawang Wulan mengepakkan selendang nya yang menebarkan bau harum kahyangan dan kemudian melesat ke atas dalam keanggunan. 

Sementara itu, JakaTarub dan putrinya masih menangis dan meraung hingga duduk bersimpuh memanggil-manggil istri dan ibu mereka,,,, so sad...
Para tetangga hanya bisa memandang keadaan mereka tanpa bisa berkata apa-apa dan ikut tepekur sedih memikirkan keadaan mereka.
Setelah beberapa lama, beberapa ibu-ibu tetangga kemudian menghampiri mereka dan menggandeng menenangkan mereka masuk ke dalam rumah.
Demikianlah, you reap what you sow, engkau mengunduh apa yang engkau tanam. Itulah kehidupan.

Setelah dewasa dan baru-baru ini saya berpikir bahwa dongeng tersebut mungkin saja mempunyai arti yang lain di bandingkan arti yang selama ini saya tahu.
Saya ber-imajinasi bahwa  bidadari tersebut bisa saja adalah alien yang memang kebetulan mampir untuk minum atau mandi. Saat waktu mereka habis, mereka harus segera kembali ke pesawat mereka atau mereka akan tertinggal di bumi. Imajinasi saya, selendang mereka tersebut adalah tombol on/off untuk terbang naik ataupun terbang turun. Tanpa pakaian dan selendang, mereka sama saja seperti kebanyakan manusia.

Kejadian saat Jaka Tarub menyembunyikan pakaian dan selendang Nawang Wulan adalah saat Nawang Wulan berada di zona paling rentan nya. Tidak ada yang dia kenal di bumi ini, pun, dia belum pernah juga menjelajah bumi sebelumnya selain ke danau tersebut bersama saudari-saudari nya. Itulah mengapa dia demikian terpuruk dan menerima apapun yang bisa menyelamat kan keadaan nya saat itu. Bahkan untuk menikahi seorang manusia yang mungkin sangat berbeda kasta dan level dengan nya.
Dia, Nawang Wulan sang alien cantik yang terbiasa dengan ke-mukjizat-an, kecanggihan teknologi dan semua keagungan dan ketersediaan yang biasa dia terima, Nawang Wulan harus rela mensejajarkan dirinya dengan Jaka Tarub yang nota bene masih primitif. Betapa berat pengorbanan nya...
Sementara si primitif Jaka Tarub seperti kejatuhan bulan kembar karena hanya modal iseng, dia bisa memperoleh istri yang cantik tiada tara tiada bandingan nya di desa, bahkan yang kepintaran dan kecerdasan nya melebihi dia dan para tetua desa nya.  Betapa dia senang setengah mati mendapatkan seseorang yang begitu indah dan cantik dan begitu istimewa.

Dan sekian lama, Nawang Wulan tidak pernah membuka identitas nya bahkan kepada suami nya sekalipun. Mungkin juga karena JakaTarub pun tidak terlalu peduli mengenai siapa kah sebenarnya si cantik Nawang Wulan. Betapa menderita nya Nawang Wulan tidak ada yang peduli dan mau mengerti siapa sebenarnya dia ini dan berasal dari mana dia ini.
Dengan sisa-sisa kekuatan mujizat yang dia miliki, dia memberikan semua pengetahuan nya yang berharga kepada suami dan keluarganya. Memberikan pengabdian yang luar biasa kepada Jaka Tarub dengan tidak pernah berpikir bahwa dia akan menemukan pakaian dan selendang nya lagi. Dia bahkan tidak pernah berani melirik pria-pria lain yang seganteng Henry Cavill atau Ben Affleck dan hanya menyerahkan cinta nya kepada si primitif Jaka Tarub.

Betapa fatal dan mengerikan nya akibat yang terjadi karena suatu keisengan dan pengkhianatan Jaka Tarub. Mungkin saat pandangan nya pertama kali bertemu dengan Nawang Wulan dia merasakan love at the first sight, cinta pada pandangan pertama. Tapi kemudian dia menjadi serakah dan memenjarakan Nawang Wulan dalam suatu tembok dan ruang yang bernama keluarga.

Jaka Tarub tidak pernah berterus terang kepada Nawang Wulan bahwa dia lah yang mencuri dan menyembunyikan pakaian dan selendang nya. Dia diam bahkan hingga kediaman itu menghancurkan dia dan keluarganya. Dia curang bahkan terhadap istrinya sendiri, yang dia tahu bahkan istrinya itu terlalu berharga dan buta untuk seseorang primitif seperti dirinya.

Dari sisi ini, sebagai sesama wanita, saya dapat mengerti perasaan Nawang Wulan, yang pada akhirnya tahu bahwa dia di bohongi dan di khianati habis-habisan oleh si primitif Jaka Tarub. Sakit hati dan jiwa nya tidak tertahankan untuk bisa kembali tinggal bersama dan membina keluarga seperti semula. Nawang Wulan sudah hancur, alien cantik itu sudah tidak punya hati lagi yang tersisa untuk tinggal di bumi ini. Dan tentu saja, selama sekian tahun dia mengembara di bumi ini, mengabdi kepada Jaka Tarub, banyak sekali energi nya yang hilang dan semakin melemah. Menurut saya, walaupun dia tidak terbang kembali ke tempat asal nya, di bumi ini dia akan lebih cepat mati karena di bumi dia tidak dapat mer-recharge tenaga dan energi nya.
Hanya dengan kembali ke tempat asalnya, dia bisa me-recharge energi dan menjadi kembali suci dan kembali bermartabat. Walaupun mungkin di tempat asalnya dia di tolak oleh papi dan saudari-saudari nya yang sudah menganggap nya hilang sekian tahun yang lalu.

Tetapi di tempat asalnya saya yakin dan pasti, akan lebih banyak kesempatan untuk hidup dan keberlangsungan hidupnya akan lebih lama.
Dan saya yakin, dia tidak akan lupa dengan putrinya. Pasti apabila putrinya memanggil rindu, Nawag Wulan akan mengepakkan selendang nya dan menemui nya. Bagaimana pun, tidak ada kesalahan dan dosa dalam diri putrinya. Hanya mungkin Nawang Wulan tidak bisa membawa putrinya bersama nya ke kahyangan karena darah putrinya tidak murni, darah alien yang bercampur darah manusia. Dan terkadang, dalam sebuah peradaban, darah campuran adalah sesuatu yang kotor, tidak suci dan tabu.

Tentu saja sebagai seorang ibu, Nawang Wulan sangat ingin memberikan kehidupan yang terbaik dan paling aman bagi putrinya, walaupun mereka harus terpisah jarak. Dia tidak ingin putrinya terluka karena mendengar cibiran para penghuni kahyangan apalagi gosip tak sedap dari para saudari-nya yang pasti saat ini juga sudah saling membina keluarga dan dengan angkuh membandingkan anak2 mereka yang berdarah suci murni dengan darah putri Nawanag Wulan dan Jaka Tarub, si darah campuran.

Nawang Wulan, yang mempunyai intelegensi dan kebijaksanaan tinggi pasti sudah meramalkan bahwa putrinya tidak akan kuat tinggal bersama nya di kahyangan. Akan lebih baik apabila putrinya tinggal bersama ayahnya di bumi, di mana dia di terima dengan baik tanpa di beda-bedakan dengan anak-anak lainnya.
Tentu saja, semua ini hanya berbekal imajinasi dan daya kreatif saya yang kadang2 timbul tenggelam.  Seperti artikel ini yang saya pikir hanya sepanjang 2 halaman ternyata mengalir begitu saja menjadi sepanjang ini.

Anyway, thanks for spending your time to reading my article,,,peace...     
Palangkaraya, 16 april 2016  
       
Load disqus comments

0 komentar