My first article...
Untuk
teman2 yang belum tahu, saya ini orang jawa asli, yang kemudian migrasi ke
Kalimantan, jadi dongeng atau legenda seperti Jaka Tarub, walaupun tidak pernah
di ceritakan oleh orang tua saya, tapi saya tahu. Wong sedari kecil saya seneng
banget baca buku, buku legenda, misteri/horor, majalah, koran semua saya baca.
Sebagai
permulaan, legenda atau dongeng Jaka Tarub ini mengisahkan tentang seorang
pemuda yang bernama Jaka Tarub yang ‘mungkin’ saat itu tinggal di sebuah
pedesaan. Menurut saya, dia seorang pemuda desa biasa cenderung bloon, belum
mempunyai pekerjaan tetap dan gemar luntang lantung kesana kemari tiap hari.
Suatu hari,
saat hari terik panas, dia sedang berjalan-jalan dan mendengar ada suara senda
gurau canda tawa beberapa perempuan yang sangat ramai, arahnya dari sebuah
telaga yang memang selalu penuh airnya walaupun di musim kemarau. Airnya
jernih, tersembunyi di belakang rimbun nya pepohonan.
Dengan mengendap-endap,
Jaka Tarub kemudian mendekati arah suara senda gurau itu sambil bersembunyi di
sebuah batu besar. Apa yang di lihatnya kemudian membuatnya takjub, matanya
melotot, jantung nya berdegup kencang dan nafasnya ngos-ngos an. Apa sih yang
sedang di lihat nya ??
Ternyata di
depan mata Jaka Tarub, ada 7 perempuan
cantik seksi bahenol sedang bermain air sambil bersenda gurau, tanpa bikini
pula. Bermuka oval, mata jeli besih,kulit kuning langsat dan bersih mulus,
paras cantik dengan hidung kecil mancung dan bibir jelita, rambut mereka hitam
mengurai bergelombang panjang dan menebar bau harum kahyangan.
Mungkin
saat itu Jaka Tarub berpikir, tidak mungkin mereka ini perempuan dari desa
sebelah, atau mereka para bidadari yang sedang mengungsi mandi karena air di
kahyangan sedang kekeringan akibat musim kemarau ?? Atau mereka ini dedemit
atau jin yang sedang berubah rupa ?? mungkin beribu satu pertanyaan yang
bergelayut di benak Jaka Tarub saat itu.
Dan
ternyata, semua baju dan pakaian para wanita itu teronggok begitu saja di
tepian danau. Beraneka warna bajunya, ada yang merah, hijau , kuning, kelabu
dan biru.. bukan balonku ada 5 tapi
yang paling berbeda dari perempuan biasa adalah, mereka memakai selendang yang
sangat panjang, mirip seperti kepak malaikat surga.
Iseng, si
Jaka Tarub mengendap-endap mencuri 1 set pakaian wanita itu, entah milik yang
mana dia juga tidak tahu. Begitu acara mandi sudah selesai, para bidadari ini [
kita sebut saja demikian] kemudian berganti baju di tepi danau. Jaka Tarub menutup
muka tapi mengintip dikit lewat celah jarinya, amboiiii cantik nian nan bahenol
para bidadari2 ini.
Setelah
semuanya berpakaian dan memakai selendang, salah satu berkata “ mari
adik-adikku, kita pulang sekarang” sambil mengepakkan selendangnya. Mereka
semua bersiap untuk terbang kecuali 1 bidadari yang belum menemukan bajunya
[kurang ajar si jaka tarub], dia kemudian menangis meminta kakak-kakak nya
tinggal sebentar untuk menemani dia mencari baju nya. Tapi kakak tertua nya
berkata “ Nawang Wulan, kita tidak bisa tinggal lebih lama adikku, time’s up,
nanti papi kita tahu kalau kita melincur dan nanti beliau murka” demikian
katanya.
Dengan
sedih, kakak-kakak Nawang Wulan meninggalkan adiknya yang telanjang dan
kebingungan mencari pakaian nya. Terciptalah pelangi sebagai titian mereka
pulang saat mereka mengepakkan selendang berwarna-warni tersebut. Sungguh indah
tak terbayangkan.
Sementara
Nawang Wulan si adik bungsu tak
henti-henti nya menangis menyesali apa yang terjadi dengan dirinya yang tidak
bisa kembali pulang bersama kakak-kakaknya.
Setelah
semua kakak Nawang Wulan terbang ke angkasa dan Nawang Wulan tinggal seorang
diri, maka dari balik batu Jaka Tarub menyapa, “ Wahai adinda yang cantik
jelita, ada apakah gerangan adinda menangis tiada tara ? demikian tanya nya.
Dengan
wajah kaget dan tangan menutupi tubuhnya, Nawang Wulan menjawab, “ Wahai yang
di sana, apakah kau bisa membantuku dengan memberiku selembar kain, karena aku
tidak berpakaian” jawab Nawang Wulan sambil tersipu merah padam wajahnya.
Tidak
menjawab, Jaka Tarub melemparkan sarung nya yang bau apek ke arah Nawang Wulan
sambil berkata “pakaialah wahai adinda, walau apek tapi bisa menutupi ketelan
jangan mu untuk sementara waktu”
Tanpa pikir
panjang kemudian Nawang Wulan menyelimuti tubuhnya dengan kain itu dan
berterima kasih kepada Jaka Tarub. Sebagai ucapan terima kasih, Nawang Wulan
bersedia menjadi istri Jaka Tarub, toh dia juga di tinggal sendirian oleh
kakak-kaka nya. Daripada nyasar dan jadi korban human trafficking? Mungkin
demikian pikir Nawang Wulan.
Tentu saja,
si Jaka Tarub yang bujang lapuk itu menerima dengan senang hati, pengabdian
Nawang Wulan untuk menjadi istrinya.
Namun
demikian, ada 1 syarat dari Nawang Wulan kepada Jaka Tarub, demikian katanya “
Mas Jaka, apapun yang terjadi, saat saya memasak nasi di dapur, jangan
sekalipun sampeyan ikut nimbrung di dapur apalagi sampai mengintip dan membuka
magic jar saat saya sedang memasak nasi” demikian syarat dan ketentuan dari
Nawang Wulan.
“Tentu
saja” jawab Jaka Tarub senang, syarat macam apa ini pikirnya, sangat mudah dan
gampang sekali.
Singkat
cerita, Jaka Tarub dan Nawang Wulan pun berumah tangga. Setelah beberapa lama
kemudian mereka di karuniai seorang putri yang cantik dan lucu seperti mamanya.
Pada hari
itu, saya ulangi lagi, pada hari itu, saya juga tidak tahu hari senin atau
sabtu, Nawang Wulan seperti biasa sedang melaksanakan kewajiban nya di dapur,
menanak nasi. Karena kebelet pipis, dia tinggal sebentar untuk ke kamar mandi.
Jaka Tarub yang sedang gak ada kerjaan, tiba-tiba teringat janji suci mereka
saat akan menikah, yaitu jangan sampai dia ke dapur saat Nawang Wulan memasak
nasi apalagi mengintip magic jar nya saat sedang proses masak.
gambar di ambil dari internet |
Karena dia
tidak melihat Nawang Wulan, terlintas lah pikiran iseng dan jahil nya seperti
dulu saat dia menyembunyikan pakaian Nawang Wulan. Sambil celingak celingkuk,
dia mengendap-endap menuju ke dapur dan bersiap membuka tutup magic jar.
Alangkah terkejutnya Jaka Tarub karena dia hanya melihat sebutir beras di dalam
magic jar tersebut. Dia sampai terduduk tidak percaya dengan apa yang di lihat
nya. Kemudian semua ingatan dan pertanyaan nya sebelum ini terjawab lah sudah.
Mengapa lumbung berasnya seperti tidak pernah berkurang, berapapun banyak dia
memberikan beras-beras itu kepada fakir miskin. Itulah mengapa juga, mereka
jadi keluarga terkaya di desa karena berapapun banyak dia menjual beras nya,
beras-beras itu sepertinya tidak pernah berkurang.
Dengan
tubuh lunglai Jaka Tarub keluar dari dapur dan duduk merenung sambil merokok di
teras depan. 1 jam sudah dia menunggu panggilan untuk sarapan dari Nawang Wulan
tapi Nawang Wulan belum juga memanggil nya untuk makan.
Demikian
pun Nawang Wulan, biasanya 2 menit nasi sudah siap, hari ini ada sesuatu yang
aneh, sudah 1 jam memasak nasi tapi nasi nya sama sekali belum matang. Berulang
kali dia membuka tutup magic jar untuk memastikan nasi nya sudah matang.
Akhirnya
kesabaran nya pun habis sudah. Dengan suara bergetar menahan tangis, sambil
terbata-bata dia bertanya kepada suaminya “ mas Jaka, apa sampeyan tadi ke
dapur ? apakah sampeyan tadi membuka magic jar saat aku sedang memasak nasi ? “
tanya nya dengan hati yang pedih karena tahu, suami nya sudah melanggar janji
suci pernikahan mereka.
Dengan
suara parau dan tatapan mata nanar, Jaka Tarub menganggukan kepalanya dan
berkata “iya, maafkan aku istriku”
Tanpa
menjawab, Nawang Wulan berjalan gontai kembali lagi ke dapur. Sambil berurai
air mata, dia kemudian mengambil beberapa takar beras dari lumbung, mencuci
beras terebut dan kemudian menanak beras tersebut. 1 jam kemudian, nasi pun
matang dan keluarga Jaka Tarub kemudian makan dalam diam, dalam penyesalan dan
dengan menahan sedih dan sesak pengkhianatan.
Demikianlah,
setiap hari setelah hari itu, Nawang Wulan membuat dan menanak nasi seperti
orang-orang pada umumnya dan hal itu pun membuat lumbung beras Jaka Tarub
sedikit demi sedikit semakin berkurang dan semakin berkurang.
Hari
berganti hari dan Jaka Tarub pun baru menyadari kesalahan nya setelah melihat
lumbung padinya yang hanya tinggal separuh padahal masa panen masih beberapa
bulan lagi. Dengan menghembuskan napas berat, dia memandang lagi lumbung
padinya dan kemudian memangdang ke langit. Langit yang hitam cantik di hiasi
beberapa bintang yang berkelip.
Satu pagi,
Nawang Wulan pergi ke lumbung padi nya untuk mengambil beras yang harus di
masak hari ini. Tak sengaja, matanya yang sekarang kuyu dan tubuhnya yang
melemah karena beratnya pekerjaan, menangkap sesuatu yang seolah
melambai-lambai kepadanya.....ya....itu adalah baju dan selendang nya yang
hilang.
Nawang
Wulan kemudian menarik perlahan selendang nya dan tergugu menangis dengan
sedih. Dia tidak mengira, suaminya lah yang sudah menyembunyikan pakaian nya
saat itu. Padahal saat itu dia benar-benar membutuhkan pakaian nya untuk pulang
ke kahyangan.
Sambil
menangis dan memeluk pakaian dan selendang nya, semua rentetan kejadian sebelum
nya hadir dengan jelas di pelupuk matanya....dia semakin terguguk menangis
mengingat papi nya, saudari-saudarinya yang sudah sekian lama tidak bertemu dan
tentu saja dia mengingat anak perempuan semata wayang nya yang semakin
bertumbuh cantik setiap hari.
Setelah
menghapus air mata, Nawang Wulan menegakkan kepala dan memakai pakaian dan
selendang nya. Dia sudah bersiap kembali ke tempat nya berasal. Dia kemudian
mencoba untuk mengepakkan selendang nya dan dia kemudian tidak lagi menjejak
tanah. Tubuhnya semakin tinggi dari tanah dan semakin tinggi sampai setinggi
rumah mereka.
Saat itulah
suaminya si Jaka Tarub melihat nya melayang di udara, demikian juga anak
perempuan nya. Dengan suara serak dan mata basah, Jaka Tarub berkata membujuk
istrinya, “istriku, maafkan aku, maafkan aku, tolong jangan pergi tinggalkan
kami. Bagaimana nanti kehidupan kami tanpamu ya istriku. Pikirkanlah anak kita.
Aku mohon, jangan lah pergi. Aku akan menebus kesalahan dan dosaku padamu, tapi
tolong, jangan pergi....jangan pergiiii.....” suara serak Jaka Tarub melolong
bak serigala terluka, sedih dan tidak tahu harus bagaimana.
Anak
perempuan mereka juga mengangis dengan keras memanggil-manggil nama ibunya,
memohon ibunya untuk tinggal.
Dengan
lembut Nawang Wulan berkata kepada anak perempuannya, “anakku sayang, ibu tidak
akan pernah meninggalkanmu, lihatlah, tunjuknya ke langit, apabila engkau
merindukan ibu, lihatlah ke langit dan lihat ke bulan itu, ibu ada di sana dan
selalu melihatmu dan tidak akan pernah melupakanmu,” katanya lembut walaupun
sudut matanya yang indah meneteskan air mata yang secantik dan sebening
kristal.
Kepada
suaminya, Nawang Wulan berkata pula.” Maaf suamiku, aku tidak bisa tinggal
setelah menemukan kembali pakaian dan selendangku. Seandainya engkau menjaga
janji suci pernikahan kita, tentu saja aku tidak akan pernah meninggalkan
engkau seperti ini.” Suaranya tidak lagi lemah tapi sudah kembali kuat dan
berwibawa. Sepertinya, apapun yang di pinta dan di mohon oleh suami dan anak
nya, dia tidak akan terpengaruh.
Tanpa
menunggu jawaban Jaka Tarub, sekejap kemudian Nawang Wulan mengepakkan
selendang nya yang menebarkan bau harum kahyangan dan kemudian melesat ke atas
dalam keanggunan.
Sementara
itu, JakaTarub dan putrinya masih menangis dan meraung hingga duduk bersimpuh
memanggil-manggil istri dan ibu mereka,,,, so sad...
Para
tetangga hanya bisa memandang keadaan mereka tanpa bisa berkata apa-apa dan
ikut tepekur sedih memikirkan keadaan mereka.
Setelah
beberapa lama, beberapa ibu-ibu tetangga kemudian menghampiri mereka dan
menggandeng menenangkan mereka masuk ke dalam rumah.
Demikianlah,
you reap what you sow, engkau mengunduh apa yang engkau tanam. Itulah
kehidupan.
Setelah
dewasa dan baru-baru ini saya berpikir bahwa dongeng tersebut mungkin saja
mempunyai arti yang lain di bandingkan arti yang selama ini saya tahu.
Saya
ber-imajinasi bahwa bidadari tersebut
bisa saja adalah alien yang memang kebetulan mampir untuk minum atau mandi.
Saat waktu mereka habis, mereka harus segera kembali ke pesawat mereka atau
mereka akan tertinggal di bumi. Imajinasi saya, selendang mereka tersebut
adalah tombol on/off untuk terbang naik ataupun terbang turun. Tanpa pakaian
dan selendang, mereka sama saja seperti kebanyakan manusia.
Kejadian
saat Jaka Tarub menyembunyikan pakaian dan selendang Nawang Wulan adalah saat
Nawang Wulan berada di zona paling rentan nya. Tidak ada yang dia kenal di bumi
ini, pun, dia belum pernah juga menjelajah bumi sebelumnya selain ke danau
tersebut bersama saudari-saudari nya. Itulah mengapa dia demikian terpuruk dan
menerima apapun yang bisa menyelamat kan keadaan nya saat itu. Bahkan untuk
menikahi seorang manusia yang mungkin sangat berbeda kasta dan level dengan
nya.
Dia, Nawang
Wulan sang alien cantik yang terbiasa dengan ke-mukjizat-an, kecanggihan
teknologi dan semua keagungan dan ketersediaan yang biasa dia terima, Nawang
Wulan harus rela mensejajarkan dirinya dengan Jaka Tarub yang nota bene masih
primitif. Betapa berat pengorbanan nya...
Sementara
si primitif Jaka Tarub seperti kejatuhan bulan kembar karena hanya modal iseng,
dia bisa memperoleh istri yang cantik tiada tara tiada bandingan nya di desa,
bahkan yang kepintaran dan kecerdasan nya melebihi dia dan para tetua desa
nya. Betapa dia senang setengah mati
mendapatkan seseorang yang begitu indah dan cantik dan begitu istimewa.
Dan sekian
lama, Nawang Wulan tidak pernah membuka identitas nya bahkan kepada suami nya
sekalipun. Mungkin juga karena JakaTarub pun tidak terlalu peduli mengenai
siapa kah sebenarnya si cantik Nawang Wulan. Betapa menderita nya Nawang Wulan
tidak ada yang peduli dan mau mengerti siapa sebenarnya dia ini dan berasal
dari mana dia ini.
Dengan
sisa-sisa kekuatan mujizat yang dia miliki, dia memberikan semua pengetahuan
nya yang berharga kepada suami dan keluarganya. Memberikan pengabdian yang luar
biasa kepada Jaka Tarub dengan tidak pernah berpikir bahwa dia akan menemukan
pakaian dan selendang nya lagi. Dia bahkan tidak pernah berani melirik
pria-pria lain yang seganteng Henry Cavill atau Ben Affleck dan hanya
menyerahkan cinta nya kepada si primitif Jaka Tarub.
Betapa
fatal dan mengerikan nya akibat yang terjadi karena suatu keisengan dan
pengkhianatan Jaka Tarub. Mungkin saat pandangan nya pertama kali bertemu
dengan Nawang Wulan dia merasakan love at the first sight, cinta pada pandangan
pertama. Tapi kemudian dia menjadi serakah dan memenjarakan Nawang Wulan dalam
suatu tembok dan ruang yang bernama keluarga.
Jaka Tarub
tidak pernah berterus terang kepada Nawang Wulan bahwa dia lah yang mencuri dan
menyembunyikan pakaian dan selendang nya. Dia diam bahkan hingga kediaman itu
menghancurkan dia dan keluarganya. Dia curang bahkan terhadap istrinya sendiri,
yang dia tahu bahkan istrinya itu terlalu berharga dan buta untuk seseorang
primitif seperti dirinya.
Dari sisi
ini, sebagai sesama wanita, saya dapat mengerti perasaan Nawang Wulan, yang
pada akhirnya tahu bahwa dia di bohongi dan di khianati habis-habisan oleh si
primitif Jaka Tarub. Sakit hati dan jiwa nya tidak tertahankan untuk bisa
kembali tinggal bersama dan membina keluarga seperti semula. Nawang Wulan sudah
hancur, alien cantik itu sudah tidak punya hati lagi yang tersisa untuk tinggal
di bumi ini. Dan tentu saja, selama sekian tahun dia mengembara di bumi ini,
mengabdi kepada Jaka Tarub, banyak sekali energi nya yang hilang dan semakin melemah.
Menurut saya, walaupun dia tidak terbang kembali ke tempat asal nya, di bumi
ini dia akan lebih cepat mati karena di bumi dia tidak dapat mer-recharge
tenaga dan energi nya.
Hanya
dengan kembali ke tempat asalnya, dia bisa me-recharge energi dan menjadi
kembali suci dan kembali bermartabat. Walaupun mungkin di tempat asalnya dia di
tolak oleh papi dan saudari-saudari nya yang sudah menganggap nya hilang sekian
tahun yang lalu.
Tetapi di
tempat asalnya saya yakin dan pasti, akan lebih banyak kesempatan untuk hidup
dan keberlangsungan hidupnya akan lebih lama.
Dan saya
yakin, dia tidak akan lupa dengan putrinya. Pasti apabila putrinya memanggil
rindu, Nawag Wulan akan mengepakkan selendang nya dan menemui nya. Bagaimana
pun, tidak ada kesalahan dan dosa dalam diri putrinya. Hanya mungkin Nawang
Wulan tidak bisa membawa putrinya bersama nya ke kahyangan karena darah
putrinya tidak murni, darah alien yang bercampur darah manusia. Dan terkadang,
dalam sebuah peradaban, darah campuran adalah sesuatu yang kotor, tidak suci
dan tabu.
Tentu saja
sebagai seorang ibu, Nawang Wulan sangat ingin memberikan kehidupan yang
terbaik dan paling aman bagi putrinya, walaupun mereka harus terpisah jarak.
Dia tidak ingin putrinya terluka karena mendengar cibiran para penghuni
kahyangan apalagi gosip tak sedap dari para saudari-nya yang pasti saat ini
juga sudah saling membina keluarga dan dengan angkuh membandingkan anak2 mereka
yang berdarah suci murni dengan darah putri Nawanag Wulan dan Jaka Tarub, si
darah campuran.
Nawang
Wulan, yang mempunyai intelegensi dan kebijaksanaan tinggi pasti sudah
meramalkan bahwa putrinya tidak akan kuat tinggal bersama nya di kahyangan.
Akan lebih baik apabila putrinya tinggal bersama ayahnya di bumi, di mana dia
di terima dengan baik tanpa di beda-bedakan dengan anak-anak lainnya.
Tentu saja,
semua ini hanya berbekal imajinasi dan daya kreatif saya yang kadang2 timbul
tenggelam. Seperti artikel ini yang saya
pikir hanya sepanjang 2 halaman ternyata mengalir begitu saja menjadi sepanjang
ini.
Anyway,
thanks for spending your time to reading my article,,,peace...
Palangkaraya, 16 april 2016
Palangkaraya, 16 april 2016
0 komentar